Entri Populer

Kamis, 17 Februari 2011

NIKMATNYA SHADAQAH

Dari dalam mobil PatasAC yang saya tumpangi, mata saya tertuju ke sebuah trotoar jalan di daerah Kuningan Jakarta Selatan, dimana ada 3 orang sedang berjalan. Seorang bapak yang sedang menggendong anak kecil beserta seorang anak perempuannya.. berjalan dan terus berjalan entah kemana tujuan mereka... ketika saya sampai di daerah Gatot Subroto, kebetulan jalanan sangat macet ketiga orang tersebut terlihat lagi masih berjalan... Kemanakah gerangan tujuan mereka?.. Kenapa mereka tidak naik angkutan umum? bukankah dari tempat mereka pertama terlihat sampai sekarang terlihat sangat jauh jaraknya? begitu pikir saya dalam hati... Sampai akhirnya saya sampai di kampus dimana saya menimba ilmu.. Setelah turun dari bis, saya terus saja memikirkan ketiga orang tersebut. Tidak langsung masuk kampus, saya malah duduk di halte depan kampus di mana para mahasiswa biasanya menunggu angkutan. Saya akan tunggu mereka pikir saya, mudah-mudahan saja bisa bertemu mereka sehingga rasa penasaran saya terobati. Dari kejauhan terlihat ketiga orang tersebut menuju ke arah saya. Masih tetap berjalan seolah tidak ada rasa lelah.. Bagaiman mereka bisa begitu kuat berjalan sejauh itu tanpa henti?? Subhanallah…
Sampai pada akhirnya mereka persis ada di hadapan saya. Dengan perasaan penuh rasa penasaran, saya akhirnya menghentikan mereka dan bertanya, "Maaf pa, saya melihat bapak dari mobil tadi sekitar sejam yang lalu di daerah Kuningan sana, mau kemana sebetulnya tujuan bapak??" Bapak itu tidak menjawab malah mengajak anakanya untuk cepat-cepat meninggalkan saya, tapi saya tidak putus asa, saya coba halangi, " saya bukan orang jahat, saya mahasiswa pa, saya hanya ingin tau kemana tujuan bapak sebenarnya?" begitu ujar saya ketika itu. Anak gadis kecil yang mungkin baru berumur 8 tahunan akhirnya yang menjawab, "kami mau ke Cawang Oom", Saya terkaget-kaget dalam hati, bukankah ke Cawang dengan berjalan kaki sangatlah jauh. "Ke Cawang? UKI maksud Adik?" saya bertanya lebih lanjut. "Iya oom" jawabnya singkat. "kenapa gak naik mobil pa? kasian anak bapak berjalan sangat jauh..." begitu saya mencoba memberi saran. "Kami mau ke Rengasdengklok Karawang, ibu anak-anak sakit dan harus di bawa ke rumah sakit, tapi uang kami hanya ada 15 ribu, hanya cukup untuk perjalanan dari UKI ke Rengasdengklok, makanya kami jalan sampai ke UKI, lalu naik BUS dari sana ke Rengasdengklok"...
Tertegun saya mendengar cerita si bapa tadi, menangis saya dalam hati, saya teringat isteri dan anak-anak di rumah, ibu dan bapak saya di kampung... Sangat besar perjuangan orang ini hanya untuk menuju ke kampung halamannya yang sebetulnya tidaklah terlalu jauh dari Jakarta, tetapi bagi ketiga orang ini kampung halamannya sangatlah jauh dan membutuhkan uang yang tidak sedikit, demi seoang isteri dan ibu dari anak-anaknya yang sedang tergolek lemah. Ya Allah berikan ketabahan bagi mereka..
Tanpa pikir panjang, saya ambil uang saya yang memang hanya ada 25 ribu rupiah di saku celana saya, saya hanya menyisakan 5 ribu untuk ongkos pulang dari kampus, sementara yang 20 ribu saya kasihkan ke mereka, "Pa, saya minta ke bapak dengan sangat, ke UKI nya naik bis,kasihan anak-anak bapak. Ini saya ada uang 20 ribu, ongkos ke UKI hanya 2 ribu dari sini, sisanya bisa untuk bekal bapa di mobil menuju Rengasdenglok". Begitu ujar saya. "Terima kasih mas" ujar si bapak tanpa menghiraukan tangan saya yang memegang uang... "hayu nak" begitu ujarnya pada sang anak. "Pa, ini uangnya" saya memaksa. Lagi-lagi, anak perempuannyalah yang akhirnya menerima. Si Bapak, akhirnya membiarkan anak perempuannya mengambil uang saya, "Maaf mas tadi saya kurang sopan, di Jakarta ini sulit sekali menemukan orang baik sehingga saya ketakutan dan khawatir tertipu, terlebih saya hanya punya uang sedikit sekali dan hanya cukup untuk ongkos ke kampong, sekali lagi saya minta maaf dan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga kebaikan mas akan diganjar oleh Allah berkali lipat .” begitu ujar si bapa, "Amin ya Allah" saya mengamini ucapannya sambil membantu si bapa tadi memberhentikan mobil Bus Mayasari Bakti yang menuju UKI. Akhirnya mereka naik bis menuju UKI dan saya masuk menuju kampus dengan perasaan haru tetapi gembira karena sudah membantu orang yang benar-benar sedang kesusahan.
Saat saya menunggu giliran naik Lift, tiba-tiba temen kuliah saya yang kebetulan seorang Kepala Sekolah ternama di daerah Bekasi menghampiri saya sambil mengajak ke kantin... "Jangan naik dulu, kita ke kantin dulu, saya belum sarapan di rumah" begitu ujarnya. Saya setuju saja dengan ajakannya. "Oke bos" begitu saya menjawabnya dengan singkat. Akhirnya kami menuju kantin, memesan makanan, minuman, sambil senda gurau. Tampak begitu gembira raut muka teman saya yang satu ini, entah apa yang membuatnya begitu gembira.
Sampai pada akhirnya, temen saya ini mengeluarkan uang 300 ribu, 50 ribuan 6 lembar dan memberikannya ke saya,.. "Apa ini Bos, kan makanan tadi sudah di bayar bukan?" ujar saya kaget. "Ini buat kamu, saya dapat rejeki yang lumayan banyak dan ingin berbagi dengan kamu".. begitu ujarnya tanpa beban sedikitpun. Saya sangat kaget dan hampir tidak percaya, karena tidak ada satu pun perbuatan saya yang berkaitan dengannya yang perlu dibalas dengan uang, tetapi saya tidak terlalu lama memikirkan hal itu "Terima kasih bos kalau begitu, mudah-mudahan tambah lagi rejekinya dan dilipatgandakan oleh Allah" saya tak lupa mengucapkan terima kasih dan mendoakannya.... “Amin” beliau mengamini ucapan saya.
Meski saya gembira saat itu, akan tetapi pikiran dan jiwa saya, kembali tertuju pada bapak dan 2 anaknya tadi yang sedang dalam perjalanan menuju Rengasdengklok, sambil berucap di dalam hati "Terima kasih pa, terima kasih dik, terima kasih kasih atas do’a yang kalian panjatkan, Tuhan mengabulkan do’a kalian bertiga, seandainya saja sayadapat bertemu lagi dengan kalian saya ingin berbagi cerita ini dan berbagi kembali uang yang saya peroleh hari ini, semoga kalian selamat sampai di rumah kalian ” begitu gumam saya dalam hati. “Terima kasih ya Allah, ternyata Engkau tidak pernah berhutang, Engkau bayar tunai, bahkan Engkau lipatkan dari sejumlah yang saya Shadaqohkan.

(Cerita ini benar-benar saya alami saat saya kuliah S2, dan saya hanya ingin berbagi pengalaman, semoga bisa menjadi renungan untuk kita semua yang membacanya. Amin..)

Selasa, 15 Februari 2011

PERUBAHAN PARADIGMA

Perubahan Paradigma menggerakan kita dari satu cara melihat dunia ke cara yang lain, dan perubahan paradigma tersebut menghasilkan perubahan yang kuat. Paradigma kita, benar atau salah, adalah sumber dari sikap dan perilaku kita, dan akhirnya sumber dari hubungan kita dengan orang lain.
ada sebuah contoh perubahan paradigma, mari kita ikuti:
""Saya ingat sebuah perubahan paradigma kecil yang saya alami pada suatu pagi dalam sebuah gerbong kereta. Orang-orang sedang duduk dengan tenang --- sebagian sedang membaca surat kabar, sebagian sedang melamun, sebagian lagi beristirahat dengan mata terpejam. Suasananya tenang dan damai.
Lalu tiba-tiba, seorang pria dan anak-anaknya masuk ke dalam gerbong. Anak-anak tersebut begitu berisik dan ribut tak terkendali sehingga segera saja keseluruhan suasana berubah.
Pria tersebut duduk di sebelah saya dan memejamkan matanya, agaknya tidak peduli akan situasi saat itu. Anak-anaknya berteriak-teriak, melemparkan barang-barang, bahkan merenggut koran yang sedang di baca orang. Sangat mengganggu. Namun pria yang duduk disebelah saya ini tidak berbuat apapun.
Sulit untuk tidak merasa jengkel. Saya tak mengerti ia dapat begitu tenang membiarkan anak-anaknya berlarian liar seperti itu dan tidak berbuat apapun untuk mencegah mereka, sama sekali tidak bertanggung jawab. Sangat terlihat bagaimana semua orang lain di dalam gerbong juga merasa terganggu.
Akhirnya, dengan rasa sabar dan pengekangan diri yang luar biasa, saya menoleh ke arahnya dan berkata, "Pak.. anak-anak anda benar-benar mengganggu banyak orang. Dapatkah anda mengendalikan mereka sedikit?"
Orang itu mengangkat dagunya seolah baru tersadar akan situasi di sekitarnya lalu berkata dengan sedih, "Oh.. anda benar. Saya kira saya harus berbuat sesuatu. Kami baru saja dari rumah sakit dimana ibu mereka meningal satu jam yang lalu. Saya tidak tahu harus berpikir apa, dan saya kira mereka juga tidak tahu harus bagaimana menghadapinya."
Dapat anda bayangkan bagaimana perasaan saya saat itu? Paradigma saya berubah. Tiba-tiba saya melihat segalanya secara berbeda, dan karena saya melihat

dengan cara berbeda, saya berpikir dengan cara berbeda, saya merasa dengan cara berbeda, saya berperilaku dengan cara berbeda.
kejengkelan saya seketika hilang. Saya tidak perlu lagi khawatir untuk mengendalikan sikap atau perilaku saya; hati saya dipenuhi dengan kedukaan yang dirasakan pria itu. Perasaan simpati dan kasihan mengalir dengan deras. "Isteri anda baru saja meninggal? Oh, saya turut berduka. Dapatkah anda menceritakannya kepada saya?Apa yang dapat saya lakukan untuk membantu?" Segalanya berubah dalam seketika.
Banyak orang mengalami perubahan fundamental dalam cara berpikir mereka justeru ketika mereka menghadapi krisis yang mengancam jiwa dan tiba-tiba melihat prioritas mereka dengan cara yang berbeda, atau ketika mereka tiba-tiba melangkah ke dalam sebuah peran yang baru, misalnya peran suami isteri, orang tua, pemimpin dan sebagainya

(dikutif dari: The 7habits of highly effective people, Steven R. Covey)

Senin, 14 Februari 2011

KUBERHARAP


Smoga.... dalam tidurku, jalan-Mu kan kutemukan Tuhan
Lewat mimpi yang kau ciptakan untuk-ku
atau....
Lewat bisikan dan getaran jiwa
yang Kau cipta pula.
Tuhan...
Ijinkan hamba-Mu ini mengeluh
karena hanya padaMu ...
serta atas kuasa dan ridla-Mu
Hamba berharap keluh kesah ini
kan Kau dengar..
Jam 2 pagi... Entah kenapa mataku ini
tak kunjung terpejam.
Hati dan jiwaku tak lagi mampu membimbingku tuk terpejam..
Galau rasa ini, risau hati ini
sedih.... terkadang putus asa.
Ya Allah ya Rabb...
Hamba ga marah atas nasib ini
Hamba ga sesali yang dulu pernah hamba jalani
Hamba ga minta lebih...
Cukuplah bagiku
Kebahagiaan anak, isteri dan orang tuaku
Tidak untuk yang lain!
Kini... hamba berharap pada-Mu
Tunjukanlah bagi hamba-Mu ini jalan yang lurus
Jalan kebahagiaan dengan rdla-Mu.
Amien... Ya Allah...


(Kutulis ini saat tengah malam, jam 2 pagi, setelah aku shalat tahajud)

Sabtu, 12 Februari 2011

SEMANGAT



Anda dapat melakukan apapun
bila anda memiliki semangat.
Semangat adalah ragi yang membuat
harapan anda membumbung tinggi
mencapai bintang...


Semangat adalah kilauan mata
Ayunan langkah anda
Pegangan tangan anda
Aliran semangat dan
Energi yang mewujudkan ide-ide anda

Mereka yang memiliki semangat adalah jagoan
Mereka memiliki keberanian
Mereka memiliki kualitas

Semangat adalah dasar segala sesuatu
Dengan semangat...
Ada pencapaian
Tanpa semangat...
Hanya ada alasan


(Henry Ford)

DO'A

Peliharalah ya Allah, mataku yang suka melihat yang haram saja
Agar mataku bisa memandang alam penuh rindu dendam
sebagai nikmat yang lezat dan bukti adanya Engkau..

Peliharalah ya Allah, telingaku yang suka mendengar cerita-cerita kosong
termasuk yang bohong
Agar telingaku peka menangkap kisah-kisah nasihat terutama tentang Agama.


Peliharalah ya Allah, tanganku dari kerja merusak saja
Agar tanganku bisa berbuat untuk kebajikan ummat.

Peliharalah ya Allah, kaki-ku dari melangkah menuju jalan maksiat
Agar kakiku dapat pergi mencari rezeki yang halal
yang Engkau beri

Ya Allah peliharalah juga, mulutku dari omongan dusta yang tak terduga
Agar ia tetap dapat mengucap nama-Mu... Allahu Akbar.

Peliharalah ya Allah, jasad seluruh tubuhku dari aliran sifat jahil dan alfa
Agar ia dapat menghimpun ilmu dan amal sebanyak-banyaknya

Ya Allah, peliharalah kalbuku dari kemusyrikan, kekafiran dan sifat setan..
Ya Allah, peliharalah juga kalbuku dari sifat khianat, dengki, sombong, amarah dan kejahatan..
Agar ia dapat berlaku sabar dan bersyukur, ramah, ikhlas dan tafakur..

Ya Allah, peliharalah zikirku kepada-Mu,
Zikirku ya Allah...
Zikirku kepada-Mu ya Allah...

SURAT KAHLIL GIBRAN KEPADA AMIN GURAIB, 1908


"..... dalam hidup kita
ada sesuatu yang lebih mulia
dan lebih tinggi dari KETENARAN
Sesuatu itu ialah KARYA BESAR
yang membawa ketenaran itu

Aku merasakan dalam diriku
suatu tenaga tersembunyi yang hendak memenahi ketelanjangannya
dengan sebuah pakaian yang indah,
yakni KARYA BESAR itu

inilah yang membuatku
merasa bahwa
kehadiranku ke dunia ini
untuk menuliskan namaku
pada wajan kehidupan ini
dengan HURUF-HURUF BESAR

Perasaan semacam itu menyertaiku
SIANG MALAM

Rabu, 09 Februari 2011

PERUBAHAN PRIBADI SEBUAH KENISCAYAAN

Oleh: U. Wahyudin


Berbagai peristiwa menyedihkan yang terjadi akhir-akhir ini (kita bersama-sama merasakan dan menyaksikan pembakaran rumah ibadah, penyerangan terhadap sebuah golongan dengan mengatasnamakan Agama) berada dalam suatu kondisi yang seakan mendorong kita untuk tidak mengenal siapa diri kita, siapa saudara kita, sangat memalukan dan menyayat hati.
Peristiwa sebelumnya yang juga sangat memalukan adalah terbongkarnya berbagai kasus korupsi yang dilakukan oleh aparat pajak kita, Gayus si petugas pajak menjadi sebuah ikon untuk korupsi. Hal ini juga sangat memalukan dan menyayat hati, memalukan karena korupsi yang merajalela itu tidak dilakukan oleh orang-orang yang bodoh melainkan oleh orang-orang yang mempunyai akal (otak)tetapi tidak dikendalikan oleh hati yang bersih, mata hatinya telah tertutup oleh hawa nafsu, angkara murka dan keinginan untuk menguasai.
Orang yang telah tertutup mata hatinya akan menjelma menjadi orang yang serba tega terhadap siapapun, menghalalkan segala cara untuk memperoleh apapun, dengan cara apapun. Apabila hati telah tertutup, tindakan yang dilakukan manusia umumnya hanya dimotivasi oleh rasa "berani" dan nafsu. "Berani" korupsi, "Berani" membunuh dan membinsakan, "Berani" menipi dan sebagainya. Bagi Manusia yang hatinya tertutup atau bahkan boleh dibilang sudah mati, komunikasi dengan Tuhan tidak akan berlangsung dengan baik. Hati yan mati juga menyebabkan orang tak lagi mempunyai empati terhadap orang lain dan gagal dalam mendata perasaan orang lain.

Krisis multidimensi yang mendera Bangsa Indonesia beberapa waktu yang lalu seringkal dituduh sebagai biang keladi hilangnya keramahan di masyarakat, yang pada fase berikutnya bermetamorfosis menjadi krisis intelektal dan nurani kemanusiaan.
Kebiasaan untuk tidak menghargai perbedaan, atau bahkan cenderung mencurigai dan membenci mereka yang berbeda pandangan, justeru semakin muda terpicu, mewujud dalam pelbagai praktik destruktif dan tindak kekerasan dalam menyelesakan masalah, kemarahan dan keinginan untuk menghancurkan, dan lain-lain. Seolah benang halus yang menghubungkan satu dengan yang lain tak lai mampu dirasakan manusia Indonesia; seolah tak lagi menganggap adanya campur tangan Tuhan dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat serta bernegara. Fase inilah yang akhirnya kita bisa sebut sebagai fase hilangnya jati diri.

Jati diri atau seringkali juga disebut kaakter, sebetulnya bukanlah sesuatu yang tidak dapat diubah, akan tetapi jelas memerlukan waktu yang sangat panjang. Untuk bisa membangun jati diri hanya bisa terlaksana kalau kita mau mengadakan perubahan terhadap diri sendiri. Anthony De Mello, dalam bukunya "Awarness", four steps to wisdom, tentang empat langkah untuk memiliki sikap arif dan bijaksana, menulis sebagai berikut: Awarness of your negative feelings (sadari adanya perasaan negatif pada diri anda), The feeling is in you, not in reality (perasaan itu ada di dalam diri anda, tidak dalam kenyataan), never identify with that feeling (jangan samakan diri anda dengan perasaan tersebut, perasaan itu tidak ada kaitannya dengan pribadi anda), dan how do you change this? (Bagaimana anda mengubah keadaan?).
Ajaran Anthony de Mello ini, secara ringkas dapat kita uraikan sebagai berikut:
pertama, kenalilah perasaan negatif yang ada pada diri kita dan tidak kita ketahui. Kita terkadang merasa bersalah, membenci diri kita sendiri, kia merasa bahwa hidup ini tanpa arah dan sebagainya. Kenalilah terlebih dahulu perasaan-perasaan tersebut.
Kedua, memahami bahwa perasaan negatif itu ada dalam diri kita sendiri, tidak dalam kenyataan. Jadi berhentilah mengubah kenyataan, mengubah orang lain.
Ketiga, Jangan pernah menyamakan diri anda dengan perasaan tersebut. Jika kita menghadapi tekanan misalnya, katakan ada tekanan, jangan pernah mengatakan "saya tertekan".
Ke empat, bagaimana kita mengbah sesuatu? Bagaimana kita mengubah diri kita sendiri? Kita seringkali menginginkan orang lain berubah dan kita merasa senang, so whats next? Ketika orang lain berubah kita tetap saja seperti sebelumnya, tetap terlena seperti sebelumnya. Kitalah sesungguhnya yang terlebih dahulu harus berubah.

Dalam kaitannya dengan manusia Indonesia, kepribadian yang mengacu pada sistem nilai Pancasila harus dapat dipahami dan terlihat secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai tuntunan dan tujuan hidup bangsa, Pancasila seyogyanya dapat dipahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, mengapa ang terjadi akhir-akhir ini justeru bertolak belakang dengan kepribadian Pancasila? Sifat ramah tahan, sopan santun dan suka menolong yang sering dilekatkan kepada kita ternyata telah mengalami deteriorisasi atau perusakan yang cukup mencolok.
Tidak perlu dipungkiri bahwa sifat-sifat bangsa kita yang kini menonjol justeru sifat-sifat yang serba negatif, mudah tersingung, bengis, beringas, main hakim sendiri, fanatik dan gampang "mengamuk". Sifat-sifat ini tentu saja tidak sesuai dengan apa yang selama ini selalu kita banggakan: ramah tamah, sopan santun, suka menolong dan sebagainya. Sifat ramah tamah berubah menjadi beringas, sifat sopan santun berbalik menjadi kasar, berangasan, sifat suka menolong memudar menjadi egois dan dan hanya mementingkan diri dan kelompoknya. Sementara perbedaan Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA) bukannya memperkokoh toleransi dan persatuan, tetapi malah memperuncing perbedaan.
Inilah yang petama-tama perlu diperangi dalam diri kita sebagai pribadi-pribadi yakni dengan pemantapan jati diri dan karakter kita yang pada dasarnya berkaitan dengan erat dengan lingkup keberadaan kita sebagai Individu, pada tingkat lebih lanjut seseorang yang telah memiliki jati diri pribadi, diharapkan mampu menularkannya pada lingkungannya, baik di lingkungan keluarga, tetangga dan masyarakat terdekat (masyarakat).
Pendek kata, apabila kita bertekad menumbuhkan ketahanan pribadi, menumbuhkan jati diri pribadi, efek bola salju pasti akan terjadi. Jika setiap pribadi mampu melakukan hal ini dan berlangsung pada lebih dari satu pribadi, bisa dibayangkan betapa hebat efek bola salju yang akan terjadi.
Rhenal Kasali, seorang ahli manajemen, dalam kata pengantar bukunya yang berjudul "Change!", antara lain mengatakan bahwa jangan sampai kita kehilangan momentum untuk berubah! Ya, inilah kesempatan kita. Sekali moment ini hilang, semuanya akan kembali ke cara-cara lama, dan itu berarti negeri kita akan menjadi padang pasir yang tak punya apa-apa lagi. Perubahan itu harus dimulai dari diri kita sendiri, dari hal-hal kecil, dari yang paling mudah, dan dilakukan.. sekarang juga!. Smoga...